KUALATUNGKAL,RADARDESA.CO – Sebagian besar desa di Kabupaten Tanjung Jabung Barat memang sudah membentuk badan usaha milik desa (BUMDes). Berdasarkan catatan di dinas pemberdayaan masyarakat dan desa (DPMD), dari 114 desa, yang sudah terbentuk BUMDes ada 113 desa. Tetapi, mayoritas kategori tidak berkembang.
Kepala DPMD Tanjung Jabung Barat H.Noor Setyo Budi mengatakan, dari 113 BUMDes, yang programnya aktif sebanyak 36 BUMDes. BUMDes ini dikategorikan berkembang. Sementara 77 sisanya masuk kategori mati enggan maju tak bisa.
”Ada 36 BUMDes aktif atau berkembang. Untuk yang maju sekitar 3 dan 1 BUMDes kategori mandiri,” kata H.Noor Setyo Budi kepada radardesa.co Selasa (23/03/2021).
Pihaknya terus mendorong agar semua BUMDes bisa berkembang dan maju. Sebab, ketika BUMDes maju, dampak positifnya akan dirasakan masyarakat. Apalagi BUMDes yang bergerak di bidang usaha produk lokal.
Jika nantinya, BUMDes yang sudah masuk kategori maju menyebar di berbagai kecamatan,maka usaha yang dilakukan juga beragam. Bahkan, saat ini ada salah satu BUMDes yang saat ini sudah memiliki minimarket yang bisa bersaing dengan toko-toko modern lainnya.
Lalu bagaimana dengan yang programnya tidak jalan? Menurutnya akan terus dilakukan pembinaan. Pada prinsipnya, semua BUMDes diharapkan menjalankan usahanya dengan baik hingga bisa menopang APBDes.
Budi meminta desa yang belum membentuk BUMDes segera membentuk. Saat ini masih tersisa 1 desa di Tanjabbar yang tidak memiliki BUMDes yakni Desa Teluk Ketapang Kecamatan Senyerang.
Disinggung masih banyaknya BUMDes yang tidak berkembang? Budi mengaku pihaknya telah melakukan evaluasi seperti dilakukan pada akhir tahun 2020 lalu.
“Pembinaan telah dilakukan melalui telekomunikasi telpon dan WA karena masih masa pandemi Covid-19. Selain itu, sosialisasi dan evaluasi di dinas PMD serta memenuhi undanagan desa terhadap pembinaan BUMdes,”tambahnya.
Terkait penyebab mayoritas BUMDes yang tidak berkembang, Budi mengaku hal ini lebih dikarenakan pemilihan usaha yang tidak pas, seperti sewa tenda, penjualan gas dan ambulan desa.
” Kebanyakan, BUMDes yang tidak berkembang, akibat pilih usaha yang salah atau kurang pas seperti sewa tenda, penjualan gas dan ambulan desa,”ujarnya
Bahkan, untuk upaya memajukan BUMDes ini, Budi mendorong desa agar para pengelola BUMDes memiliki peluang untuk maju dan mengelola BUMDes seperti bisnis dan usaha. Begitu halnya dengan desa, diharapkan tidak takut dalam membantu permodalan BUMDes jika memang BUMdesnya sehat.
” Desa harus bisa membantu permodalan BUMDes selagi administrasi BUMDesnya bagus dan punya peluang usaha untuk maju, desa jangan takut. Saat ini peluang usaha wisata alam misalnya sangat menjanjikan, namun harus punya analisa bisa untung apa tidak,” tandas Budi. (dul).