Oleh : Haris Rusly Moti
Saya pernah menyampaikan kritik yang diedarkan di media sosial yang mempertanyakan perasaan kemanusiaan para pejabat negara dan daerah, mempertanyakan peran parpol dan calon kepala daerah dalam situasi teror wabah corona yang sangat mencekam.
Ketika itu saya mempertanyakan kenapa di saat rakyat terpapar diteror pandemi Covid-19 dan terhimpit secara ekonomi, kelaparan, tapi mereka tak kelihatan batang hidungnya? Kenapa para pejabat itu tak bagi-bagi masker, handsanitizer hingga sembako kepada rakyat yang sedang kesulitan? Bukankah di musim kampanye mereka rajin turun ke dapil untuk bagi-bagi kaos, kalender, sembako, hingga duit cash ke rakyat?
Karena itu, saya sangat mengapresiasi ketika dibentuk Satgas Covid DPR untuk mengkoordinasikan aksi sosial kemanusiaan yang dilakukan anggota DPR. Bila perlu, 70 persen aktivitas anggota DPR saat ini berada di dapilnya untuk membantu meringankan penderitaan yang sedang dialami rakyat.
Kenapa Ributkan Herbavid 19?
Pada awal kasus corona diumumkan menginfeksi sejumlah warga Jakarta, ketika itu situasi di Ibu Kota Negara memang terasa mencekam. Apalagi saat itu sejumlah pejabat negara dan daerah, di antaranya Menhub Budi Karya diumumkan terinfeksi corona. Beberapa dirjen di kementerian juga diumumkan wafat terinfeksi Covid-19.
Situasi yang mencekam itu makin diperparah oleh tidak adanya harapan bagi setiap orang untuk dapat sembuh jika terinveksi Covid 19. Ketika itu, tak ada perusahaan obat, termasuk BUMN Farmasi (Kimia Farma, Indofarma dan Phapros), juga tak ada perusahaan jamu nasional dan lokal yang berani mengumumkan bahwa produk obat atau ramuan jamunya dapat mencegah penularan atau menyembuhkan Covid-19.
Bahkan sejumlah BUMN Farmasi yang selama ini tampil dengan produk obat-obatannya, ketika itu tak ada batang hidungnya. Minimal mereka itu memproduksi masker, sarung tangan hingga handsanitizer yang saat itu sangat langka dan mahal, itupun tidak dilakukan perusahaan “pelat merah” itu, pada saat situasi memanggil dan membutuhkan peran mereka.
[irp]
Tentu kita bersyukur jika dalam situasi yang mulai tenang dan terkendali saat ini, sejumlah perusahaan jamu nasional dan lokal kemudian tampil dengan produknya yang katanya dapat mencegah penularan Covid-19. Namun, bayangkan saja situasi yang mencekam saat itu, bukankah mereka juga tak tampil menawarkan solusi pengobatan untuk menyembuhkan atau mencegah penularan virus corona?
Dalam situasi tidak ada harapan itulah, maka masing-masing orang mencari pegangannya sendiri, mencari jalannya sendiri untuk menemukan obat atau ramuan, diantaranya dengan bersumber dari informasi yang beredar di news link maupun medsos. Ada juga yang menggunakan jaringan para ahli ramuan obat herbal untuk meramu sejenis jamu yang dapat menyembuhkan dari virus corona.